Rabu, 23 Maret 2011

Membantah Islam Melagalkan pencurian dan perzinaan

Membantah Islam Melegalkan Pencurian dan Perzinahan

oleh Menjawab Berbagai Fitnah FaithFreedom pada 17 Maret 2011 jam 8:42
Antek-antek FFI said :

Hadis Sahih Bukhari, no 647:
Diterima dari Abu Dzar. Rasulullah bersabda: " barang siapa diantara umatku yg mati, sedangkan dia tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, orang itu masuk surga!. "Aku (Dzar) bertanya, "Sekalipun orang itu berzina dan mencuri?" Jawab Nabi, "Ya! sekalipun dia berzina dan mencuri!"



Dalam hadits ini terjelaskan urgensi bertauhid dan bahayanya perbuatan syirik, menyekutukan Allah swt. Bertauhid dengan benar akan mengantarkan seorang muslim menuju syurga Allah swt dan sebaliknya, kemusyrikan yang terbawa sampai mati akan mengantarkan pelakunya menuju neraka, bahkan mengekalkannya berada didalamnya. Oleh karena itu sudah seharusnya setiap kita berupaya keras agar dapat menutup usia kita dimuka bumi ini dengan baik, dengan sesuatu yang Allah swt ridhai, bukan sebaliknya dengan sesuatu yang dimurkai-NYA, berusaha mewujudkan kematian terbaik serta memohon dan berdo’a kepada-NYA agar meraih husnul khotimah;
” Yaa Allah Jadikanlah sebaik-baik umurku adalah akhirnya, sebaik-baik amalku adalah penutupnya, dan sebaik-baik hariku adalah hari pertemuanku dengan diri-MU.”
Kalaulah puncak kebaikan itu tidak bisa kita raih, maka yang mesti kita upayakan dengan baik adalah agar jangan sampai kita melakukan perbuatan syirik sehingga peluang syurga masih terbuka untuk kita. Upaya yang dapat kita lakukan agar dapat bertemu Allah swt dengan hati yang bersih -biqalbin salim- adalah dengan berusaha membersihkan seluruh sisi kehidupan kita dari kesyirikan dan menjauhkan diri kita dari segala bentuk kemusyrikan Syirik adalah kezhaliman yang besar, karena dosa ini terkait dengan kezhaliman kepada Allah swt, tidak memposisikan Allah swt pada posisi yang seharusnya
  إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya memepersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13)
Termasuk perbuatan syirik yang besar adalah menyakini bahwa selain Allah swt memiliki kemampuan dan wewenang dalam rububiyyah seperti menciptakan makhluq , menghidupkan dan mematikan, memberi rizki dan mengatur alam semesta. Ataupun menyakini bahwa selain Allah swt ada yang pantas menyandang sifat uluhiyyah layak disembah, seperti melakukan ritual peribadatan kepada sesembahan selain Allah swt.
 وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلاّ إِيَّاهُ
“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia"      (QS. Al-Isra’ : 23)
Diantara ancaman bagi pelaku syirik besar seperti ini adalah bahwa Allah tidak akan mengampuni dosanya jika terbawa sampai mati dimana pelakunya blum bertaubat;
 إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka ia sungguh telah berbuat dosa yang besar.” (QS An-Nisa’ [4] : 48)
Disamping itu dosa ini akan membuat amal kebaikan tidak diterima Allah ta`ala, sebagaimana firman-Nya;
 وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: ”Jika kamu mempersekutukan (Allah) niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar : 65)
Demikianlah seharusnya bagi seorang mukmin yang ingin meraih kebahagian akherat, agar senantiasa berupaya keras menjaga kemurnian aqidahnya dari noda-noda syirik yang akan mengotorinya sehingga pada hembusan nafas terahirnya dimuka bumi ini ia tidak membawa dosa syirik dan kelak ketika menemui Allah swt ia akan menemui-Nya sengan hati yang bersih biqalbin saliim.

Berzina dan mencuri itu adalah perbuatan orang-orang yang sudah menuhankan hawa nafsunya. Orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang sebenar-benarnya tidak akan pernah mau melakukan perbuatan keji seperti mencuri dan berzinah.

Perhatikan hadist ini:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, yang artinya, "Rasulullah saw. bersabda, 'Tidaklah seorang pezina itu berzina sedang ia dalam keadaan Mukmin. Tidaklah seorang peminum khamr itu meminum khamr sedang ia dalam keadaan Mukmin. Tidaklah seorang pencuri itu mencuri sedang ia dalam keadaan Mukmin. Dan tidaklah seorang perampok itu merampok dengan disaksikan oleh manusia sedang ia dalam keadaan Mukmin'." (HR Bukhari [2475] dan Muslim [57]). Dalam riwayat lain ditambahkan, "Tinggalkanlah perbuatan itu, tinggalkanlah perbuatan itu!" (HR Muslim [57] dan [103]). Dalam riwayat lain disebutkan, "Pintu taubat masih terbuka untuknya setelah itu!" (HR Muslim [57] dan [104]) Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Memaki orang Muslim adalah perbuatan fasik dan memeranginya adalah kekufuran." (HR Bukhari [48] dan Muslim [64]).

Ada baiknya kita pelajari bagaimana balasan Allah di akhirat untuk setiap amal perbuatan manusia. Setelah semua yang ada hancur pada hari kiamat dan tidak ada yang bangun lagi kecuali Allah SWT, datanglah perintah Allah SWT kepada malaikat yang bernama Israfil utnuk mengembus nafiri (terompet) yang didalam Al-Qur’an disebut Shur. Setelah diembuskannya nafiri itu, satu persatu bangunlah kembali nyawa itu dari tidur nyenyaknya entah berapa puluh, ratus atau juta tahun. Tuhan yang maha tahu. Inilah peristiwa pertama yang terjadi setelah kiamat, yang disebut Yaumul Ba’ts, yaitu hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur. Peristiwa ini terjadi setelah mereka menanti di alam kubur yang disebut Yaumul Barzah, yaitu saat penantian seluruh umat manusia yang telah mati. Ketika nafiri diembus (ditiup) oleh malaikat Israfil, seolah orang-orang didalam kubur dibangunkan untuk bangkit dan berbondong-bondong menuju kesatu tempat guna menanti panggilan Allah SWT. Inilah yang dinamakan Yaumul Mahsyar, yaitu hari dikumpulkannya manusia di padang mahsyar setelah dibangkitkannya dari alam kubur untuk menunggu panggilan Allah SWT. Mereka hanya memikirkan nasibnya sendiri-sendiri tanpa mengingat sanak saudara ataupun anak istri atau suami. Mereka tidak dapat saling menolong. Didalam surat Al-An’am ayat 22 disebutkan (Artinya): ”Dan (ingatlah) hari yang diwaktu itu Kami menghimpun mereka semuanya, kemudaian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: ”Dimanakah sembahan – sembahan kamu yang dahulu kamu katakan (sekutu-sekutu Kami?)” Setelah manusia dikumpulkan dipadang mahsyar, mereka menunggu pengadilan dari Yang Maha Adilatas amal perbuatan mereka selama di dunia. Setelah itu tibalah Yaumul Hisab, yaitu saat perhitungan amal perbuatan manusia selama hidup di dunia. Ketika dilaksanakan hisab ini yang bicara bukanlah mulut, tetapi semua anggota badan yang menjadi saksi sehingga tidak ada satu pun perbuatan yang terlepas dari perhitungan. Setelah amal perbuatan manusia dihitung, amal tadi ditmbang dalam suatu neraca untuk mengetahui perbandingan antara yang baik dan yang buruk. Inilah yang disebut Yaumul Mizan, artinya hari pertimbangan amal baik dan buruk. Hal ini menunjukkan betapa besar keagungan serta keadilan Allah SWT. Sebab setelah diketahui timbangan amalnya Allah SWT akan memberikan imbalan yang setimpal dengan amal perbuatannya. Ketika manusia ditimbang amal perbuatannya, maka ketika itu ada shirat, yaitu Jalur penentu dari masing-masing manusia setelah di hisab dan ditmbang amal baik buruknya. Pada tahab ini manusia akan ditentukan masuk Neraka atau masuk Syurga. Hal ini tergantung amal baik dan buruknya.

Apa sebenarnya pengertian Yaumul Mizan ? Seperti kita meyakini, bahwa tidak dapat dipungkiri kalau hari kiamat itu pasti terjadi, karenaagama dan ilmu pengetahuan sudah membuktikannya. Setelah kiamat nanti terjadi maka peristiwa yang akan dilalui dan dijalani oleh setiap manusia adalah pengadilan dengan menggunakan timbangan yang haq. Tidak ada yang teraniaya karena tidak ada satu amal perbuatan pun yang tidak ditimbang. Inilah yang disebut Yaumul Mizan yaitu saat amal perbuatan manusia ditmbang antara amal perbuatan shaleh (kebajikan) dengan amal perbuatan buruk(kejahatan)

      Perhatikan Firman Allah SWT :

“Timbangan pada hari itu adalah kebenaran. Barangsiapa yang berat timbangan (amal shalehnya) maka mereka adalah orang-orang beruntung dan siapa yang ringan timbangan kebajikannya maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri di sebabkan mereka selalu meringankan ayat-ayat Kami.” (QS. Al- A’raf : 8-9)


            Sementara ajaran agama tentang amal perbuatan manusia selalu terkait dengan hubungan amal shaleh di dunia dengan pahala di akhirat atauamal d osa di dunia dengan siksa neraka di akhirat. Artinya setiap amal shaleh di dunia pasti akan mendapatkan pahala di akhirat yaitu berupa syorga dan setiap perbutan dosa pasti akan mendapat balasan siksa yaitu di neraka. Tidak ada suatu perbuaan pun yang tidak dipertanggung jawabkan.
·        Perhatikan Firman Allah SWT :

“Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarah (biji sawi) sekalipun, pasti ia akan melihat balasannya dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya pula.” (QS. Al-Zalzalah : 7-8)
·        Dan Firman-Nya :

“Maka adapun orang-orang yang berat timbangan (kebajikannya) maka ia berada dalam kehidupan yang diridhai dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebajikannya) maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah. Tahukah kamu apa Neraka Hawiyah? Yaitu api yang sangat panas.” (QS. Al-Qari’ah : 7-9)
            Ayat-ayat tersebut diatas memberikan peringatan kepada kita agar selama hidup di dunia kita selalu berupaya memilih amal kebajikan (amal shaleh) agar kelak di akhirat amal kebajikan kita timbangannya lebih berat dan menjauhi perbuatan dosa (amal yang sia-sia) karena yang demikian pasti akan mendapat balasan berupa siksa di Neraka.

Pada surat Ath-Taghabun:9
"(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan. Itulah hari ditampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal didalamnya. Itulah keberuntungan yang besar."

jadi betul sekali, bahwa ketika amal perbuatan kita ditimbang, dan kemudian apabila ternyata amal perbuatan baik kita lebih banyak ketimbang dosa-dosa kita, maka tidak perlu mampir dulu ke neraka.

Lalu kemudian muncul pertanyaan: "Bukankah meski seseorang itu lebih berat timbangan kebaikannya, tapi ia tetap memiliki dosa yang harus dipertanggungjawabkan meskipun sedikit? Lantas bagaimana mempertanggungjawabkannya?"
pertanyaan itulah yg kemudian memunculkan persepsi bahwa dosa-dosa itu harus dipertanggungjawabkan dulu di neraka. padahal tidaklah demikian. Sebab, pada proses penimbangan itu Allah telah menutupi kesalahan-kesalahan kita dengan iman dan amal sholeh yang telah kita perbuat selama di dunia.

jadi buat orang yang timbangan kebaikannya lebih besar daripada kesalahannya maka ia tidak akan dimasukkan lebih dulu ke neraka untuk membersihkan dosa-dosanya karena dosa-dosanya itu telah Allah tutupi (dengan kebaikan) di waktu penghitungan. Beda dengan orang-orang yang timbangan keburukannya lebih berat daripada kebaikannya. Ia akan dimasukkan ke dalam neraka atas kesalahannya tersebut dan kemudian Allah baru akan mengangkatnya ke surga atas keimanannya sebagai orang islam. Termasuk dalam hal ini seorang pencuri dan pezinah.

Islam melarang mencuri
Islam melarang menipu, korupsi dan mencuri serta mengancam pelakunya dengan hukuman. Islam mensyari’atkan had pencurian, yaitu potong tangan pencuri agar seseorang tidak memberanikan diri mencuri harta orang lain. Dan apabila ia tidak merasa takut akan hukuman di akhirat, maka ia akan jera karena dipotong tangannya. Maka dari itu, masyarakat yang hidup di suatu negeri yang menerapkan syari’at Islam merasa aman terhadap harta kekayaan mereka, bahkan jikalau potong tangan di-laksanakan maka sangat jarang sekali adanya pencuri. Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas per-buatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Mahabijaksana.” [Al-Maa-idah: 38]

Islam melarang perzinahan 
“(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya”.(QS. An-Nur : 1)

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman”.(QS. An-Nur : 2)

“Laki-laki yang berzina tidak menikahi melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dinikahi melainkan oleh laki-laki yang berzina, atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mu’min” .(QS. An-Nur : 3)

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang-orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-Nur : 4)

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”(QS. AN-Nur : 23)

“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang di tuduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (yaitu surga)” .(QS. An-Nur : 26)

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.(QS. Al-Isra : 32)

Hanya saja di Indonesia tidak menerapkan syariat Islam, maka hukum potong tangan dan rajam ini tidak bisa diterapkan. Kalaupun diterapkan saya yakin tingkat kasus pencurian, perampokan,  korupsi, pelecehan seksual, perzinahan dan perkosaan di Indonesia akan menurun secara drastis.
Jadi, tuduhan Islam melegalkan pencurian dan perzinahan sangatlah tidak benar.

Wallahualam bishowab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar